Skip to main content

5 Efek Mengerikan Penikmat Pornografi



5 Efek Mengerikan Penikmat Pornografi
Ditulis : Rina Ambarita 


Serapilmuonline.Com - Pornografi menjadi alat perusak fisik, mental dan moral bagi siapa saja yang menikmatinya. Munculnya  akses pornografi di Indonesia menjadi masalah psikososial pada usia remaja dengan populasi terbanyak namun tidak hanya itu mungkin dari kita pernah mengetahui fenomena dimana orang dewasa atau remaja yang tidak bertanggung jawab memperlihatkan pornografi kepada anak-anak yang polos dan peniru ulung. Dengan lebih mudah mengakses di zaman teknologi ini membuat permasalahan sulit untuk diatasi di Indonesia. Beberapa survey menunjukkan bahwa media pornografi yang sering diakses remaja adalah media online (Yutifa , Dewi, Misrawati, 2015).

Pornografi bukan berupa gambar atau video saja di dalam UU No 44/2008 tentang pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau ekspoloitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Artikel ini saya buat bagi pembaca dengan maksud untuk berbagi ilmu mengenai efek dari penikmat pornografi bagi kamu terlajur tanpa pengetahuan ataupun belum, seperti di dunia kesehatan “lebih baik mencegah dari pada mengobati “ saya juga memaknai selama mempelajari ilmu psikologi dengan mengetahui banyaknya jenis gangguan jiwa “menyembuhkan penyakit mental lebih rumit dari pada menyembuhkan penyakit fisik” pada nayatanya penyakit yang menyerang secara penuh kepada penikmat pornografi adalah mental. Sebelum kamu terjerumus lebih dalam ketahui berikut ini lima efek mengerikan dari penikmat pornografi jika terus menerus:


1. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Tentu saja para penikmat pornografi akan mendapat efek ini karena ketika mereka menjadi penikmat sebenarnya sebagain dari mereka memiliki rasa malu dan minder atas rasa sadar bahwa jalan yang mereka pilih menyimpang dari norma yang berlaku meski orang disekitarnya tidak mengetahui dan juga rasa candu tak terkendalikan meluangkan waktu terus menerus melihat tayangan pornografi sehinga menarik diri dari lingkungan  sosialnya. Dampak psikologis yang ditimbulkan karena adiksi pornografi seperti euphoria, cemas, adiksi pornografi, menarik diri dari lingkungan sosial, depresi dan mudah marah. Menurut Ross et all (2007) terpapar pornografi dapat menimbulkan perasaan malu, cemas, rasa bersalah dan binggung.

Nah bisa jadi ni para penikmat pornografi lama kelamaan mengalami isolasi sosial. Apakah kamu mau benar benar tidak hidup menjadi mahkluk sosial ? jika kamu katakan sosial itu keras, lebih keras ruang yang sedang kamu hadapi menjadi penikmat yang ujung ceritanya  penderita gangguan jiwa.

2. Mudah Depresi


Tidak hanya pecandu narkoba saja yang mudah depresi ternyata para penikmat depresi memiliki dampak yang sama. Selesai melihat tayangan pornografi perasaan yang akan muncul adalah rasa bersalah dan berdosa meskipun demikian para penikmat akan tetap mengulangi perilaku buruk yang sama terus menerus.  Mengalami jatuh dilubang yang sama dan tak mengerti mengapa sehingga berakibatkan mudah depresi. Lantas saja ini terjadi karena siapapun terlibat dalam kegiatan yang tidak sehat maka konsenkuensinya adalah gangguan pada fisik dan mental.

3. Ansietas Memburuk


Para penikmat pornografi akan mengalami yang namanya ansietas. Pada awalnya pornografi sebagai pengalihan dari ansietas, namun ketika sudah kecanduan akan berdampak pada kesehatan mental dan muncul gejala fisik ansietas (Hazra, 2013). Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek yang spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang baru (Stuart, 2013). Ansietas yang paling parah adalah serangan panik yang biasanya disebabkan karena ketakutan sehingga remaja tidak mampu beraktivitas, kesulitan bernafas, detak jantung meningkat, pusing dan penurunan kognitif (Kelty Mental Health, 2012). Buat kamu masih terpapar pornografi ketahui dan sadari sebelum kamu mengalami yang namanya ansietas memburuk.

4. Cenderung Melakukan Pelecehan Seksual dan Pemicu Seks Pranikah

Menurut H Dandang Hawari menuliskan di bukunya, sesorang yang telah kecanduan pornografi akan mengalami gangguan terhadap kemapuan mengendalikan dirinya yang berdampak pada kesulitan dalam mengendalikan diri (Self Control) terhadap agresivitas seksualnya. Jika penikmat pornografi tidak dapat mengendalikan agresivitasnya yang di dalam pikiranya hanya berfokus bagaimana dapat memuaskan hasrat seksualnya ? yang akan terjadi adalah pelecehan seksual terhadap diri sendiri dan orang lain, melakukan hubungan seksual atau seks pranikah dan penyimpangan seksual lainya.

Hal ini juga didukung oleh studi kasus yang dilakukan oleh Mariyati dan Khusnul Aini bahwa beberapa remaja laki-laki mengaku pernah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya dan beberapa remaja putri mengaku bahwa mereka pernah mendapatkan pelecehan seksual seperti dipegang pantatnya.

Buat kamu masih ada kesempatan sob, tinggalkan semua sebelum terjadi dan semakin memburuk, saya setuju dengan teori kepribadian dari Carl Gustav Jung yang saya tanggap bahwa produk perilaku sekarang menentukan bagaimana kita di masa depan. Nah, semakin memperkualitas diri dan jauhi yang merusak diri.

5. Kerusakan Pada Lima Bagian Otak

Tertulis di modul Creative Digital Education (2017) Donald Hilton junior seorang Ahli bedah otak dari University of Texas mengatakan otak yang rusak akibat pornografi memperlihatkan kerusakan sama dengan otak yang rusak akibat kecelakan jika difoto menggunakan alat megnetik resonansi imagines, bukan hanya itu Donald Hilton Junior membedakan otak akibat pornografi  dengan otak dampak NAPZA yang mengalami perusakan 3 di bagian otak sendangkan  pecandu pornografi yang sudah melakukan hubungan seks dengan anak-anak mengalami kerusakan otak di 5 bagian.

Dr Mark (Imawati dan Meyritha, 2008) menjelaskan otak akan merangsang produksi dopamine dan endorphin, yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Namun dengan pornografi, otak akan mengalami hyper timulating (rangsangan yang berlebihan), sehingga otak akan bekerja dengan sangat ekstrem  kemudian mengecil dan rusak.

Baca Juga : 6 Cara Jitu Mengatasi Stres

Setelah mengetahui kita bisa membayangkan bagaiamana rusaknya pribadi yang tumbuh dan  berkembang mendapat asupan tidak sehat. 
Nah satu lagi tidak terlupakan, bagi kamu termasuk orang dewasa, orang tua dan sebagainya wajib melindungi siapa pun berada di masa kanak-kanak serta masa remaja sebagai penerus bangsa dengan memberikan pengetahuan tentang efek dari penikmat pornografi. Sekian dari pembahasan ini, semoga bermanfaat dan jangan lupa berbagi kepada orang orang yang kamu sayang agar tidak terjerumus serta orang-orang di sekitar kamu . Terima kasih rek :)

DAFTAR PUSTAKA

Baxter AJ, Vos T, Scott KM, Ferrari AJ & Whiteford HA:  The global burden of anxiety disorders in 2010. Psychol Med 2014; 22-1-12

Daulima, Mariyati Novy H.C dan  Mustikasari. Terapi Kognitif Perilaku dan Terapi Kelompok Swabantu untuk Menangani Ansietas Remaja dengan Kecanduan Pornografi. Unissula Press

Hazra, R. 2013. Anxiety  and Porn Addiction. http://www.addictioncounselingleesbur.com/anxiety-and-porn-addiction-faq/. Diakses pada 4 Mei 2017

Hawari, Dandang, Dampak Buruk Pornografi dan Dampak Penyalagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Kesehatan Jiwa, Jakarta: FKUI, 2010

Inawati, Diana dan Meyritha Trifina Sari. 2008. Studi Kasus Kecanduan Pornografi pada Remaja. Jurnal Psikologi, 1(2), 56-62

Kelty Menthal Health (KMH). 2012. Anxiety problem in children and adolescents

Kementrian Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI & Berlian. 2017. Creative Digital Education. E-Kakatu, Ekskul

Mariyati, Khusnul Aini, Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang. Studi Kasus: Dampak Tayangan Pornografi Terhadap Perubahan Psikososial Remaja

Stuart, GailW. 2013. Priciples&PracticeofpsychiatriNursinged.9.Philadelphia: Elsevier Mosby

UU No 44/2008 tentang Pornografi

Yutifa H, Dewi A.P, Misrawati. 2015. Hubungan Paparan Pornografi melalui Elektronik terhadap Perilaku Seksual Remaja. Jurnal Online Mahasiswa

Comments

Terpopuler

3 Hal yang Harus Kamu Tahu dari Cinta Ideal dan Ukuran Cinta dalam Ilmu Psikologi

3 Hal yang Harus Kamu Tahu  dari Cinta Ideal  dan Ukuran Cinta  dalam Ilmu Psikologi Ditulis Rina Ambarita Serapilmuonline.Com - Pembahasan cinta menarik bagi siapa saja, baik di kalangan muda-mudi hingga usia lanjut. Bahkan sekarang cinta menjadi topik populer pada riset ilmiah (Taylor, 2009). Selain cinta termasuk topik populer, di dalam ilmu Psikologi teori Maslow pada Hirarki kebutuhan, cinta merupakan kebutuhan manusia. Maslow menyampaikan bahwa kebutuhan cinta adalah kebutuhan untuk dicintai dan mencintai orang lain, memberi dan menerima kasih serta terdapat pula perhatian dan penerimaan dari orang lain (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997).  Lalu apa arti cinta ? tentu pengertian cinta menurut saya, kamu dan mereka akan berbeda demikian cara penyampaian cinta itu sendiri. Cinta sebagai aspek kehidupan maka terjadi fenomena jatuh cinta kepada seseorang. Bagaimana seseorang bisa jatuh cinta ? Beberapa ahli Psikologi menemukan adanya asal mula o...

Psikologi Ilmiah : 6 Cara Jitu Mengatasi Stres

Psikologi Ilmiah :  6 Cara Jitu Mengatasi Stres Ditulis : Rina Ambarita serapilmuonline.Com - Stres bukan kata yang asing kita dengar, kata ini juga dikenal dengan istilah stressor. Stres merupakan aspek dari kehidupan setiap manusia, dengan begitu stres tidak dapat dipisahkan. Sebagai mahluk hidup tentu kita dihadapkan berbagai masalah baik dari kondisi ringan hingga berat yang menuntut kita untuk memberi respon berupa kognitif, emosional dan perilaku. Dalam ilmu Psikologi, stres merupakan tekanan dan tuntunan pada organisme untuk beradaptasi atau menyelaraskana diri dengan lingkungan sehingga memiliki efek fisik dan psikis serta dapat membuat perasaan positif atau negatif (Nova dan Dwi Ispriyanti, 2012).       Menurut Mumpuni dan Ari Wulandari (2010) stres bersifat positif (eustress) bila seseorang dapat menghadapi dan meningkatkan kemampuan personal untuk menghadapinya sendangkan stres bersifat negatif (distress) jika seseorang yang tidak...