“PINTAR AJA GAK CUKUP”
Penentu Kesuksesan : IQ 20%, EI 80%
Penentu Kesuksesan : IQ 20%, EI 80%
Ditulis : Rina Ambarita
Photo by Pexels
Serapilmuonline.com - Terbitan sebelumnya sudah membahas mengenai kecerdasaan pada manusia, selanjutnya kita melengkapinya dengan kecerdasaan emosional yang sifatnya kepribadian karena manusia memiliki perkembangan kognitif dan perkembangan moral. Dalam pembelajaran psikologi perkembangan perlu kita tahu bahwa perkembangan kognitif tidak menjamin perkembangan moral. Contohnya saja seseorang yang memiliki kecerdasan secara akademis (seperti kecerdasan logika matematika) tidak menjamin kecerdasaan emosional (seperti sikap dewasa). Nah, apa sih sebenarnya kecerdasaan emosional ??? ciri-ciri seseorang yang memiliki kecerdasan bagaimana ??? Cuumm kita bahas disini, dibaca bertahap ya Pembaca SIO (Serap Ilmu Online) pasti mudah dipahami
Sebelum kita mengartikan apa itu kecerdasaan emosi, ada yang perlu pembaca SIO ketahui, biasanya bagi para awam emosi di artikan sebagai marah kayak ada bahasanya “emosi gue nengok si mantan”. Sebenarnya emosi itu adalah keinginan seseorang untuk berperilaku (Manizar, 2016). Menurut Goelman (2006) dalam ilmu Psikologi ada DELAPAN JENIS EMOSI yaitu (1) Amarah : marah besar, liar (beringas), mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, tersinggung, bermusuhan, (2) Kesedihan : sedih, muram, pedih, kesepian, putus asa, kesepian (3) Rasa takut : takut, cemas, gugup, khawatir, waspada, tidak tenang, kecut (4) Kenikmatan : senang, riang, bahagia, gembira, ringan, puas, terhibur, tabjub, rasa puas, bangga, mania (5) Cinta : kasih, kebaikan hati, penerimaan, persahabatan, rasa dekat, bakti, kasmaran (6) Terkejut : terpana, terkejut, terkesiap, tabjub (7) Jengkel : hina, jijik, tidak suka, muak, benci (8) Malu : malu hati, rasa salah, kesal hati, sesal, hati hancur lebur, hina dan aib.
Kecerdasaan emosional atau Emotional Intelligence adalah bagian dari kecerdasaan sosial yang memiliki kemampuan mengontrol perasaan sosial pada orang lain, mampu menyaring semua informasi serta menggunakan informasi untuk membentuk pola pikir dan tingkah laku pada diri sendiri (Shapiro, 1998). Menurut Goleman ada 3 bagian dimiliki dari kecerdasaan emosional antara lain :
1. Kesadaran Diri
Tahu apa yang dirasakan terhadap suatu kondisi tertentu dan mengambil keputusan dengan penilaian yang mantap serta mampu mengukur dengan kenyataan atas kemapuan diri dan kepercayaan diri yang kokoh. Menurut Jhon Mayer, hati hati dengan suasana hati maupun pikiran kita mengenai suasana hati. Sesorang yang sadar akan suasana hati sendiri menjadi mandiri dan percaya akan batas batas yang akan dibentuk, kesehatan mental yang baik, dan sering memandang positif pada kehidupan (Hamizar, 2016).
2. Mengelola Emosi
Seseorang mengelola emosi berarti memiliki kemampuan dalam mengatasi emosinya dengan baik dan positif mempengharui setiap orang itu melaksanakan tugas, sadar akan kata hati sehingga sampai pada tujuan. Kemampuan ini bagian dari mampu menghibur diri, menghilangkan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan segala akibat yang terjadi serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan yang menekan.
3. Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan kebutuhan manusia dan dorongan untuk bergerak menuju apa yang ingin dicapai dan membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Untuk mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan, kita harus memiliki motivasi dalam diri kita tidak hanya bergantung dari luar diri saja, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, Orang yang pandai dalam memotivasi diri, mereka cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
1. Kesadaran Diri
Tahu apa yang dirasakan terhadap suatu kondisi tertentu dan mengambil keputusan dengan penilaian yang mantap serta mampu mengukur dengan kenyataan atas kemapuan diri dan kepercayaan diri yang kokoh. Menurut Jhon Mayer, hati hati dengan suasana hati maupun pikiran kita mengenai suasana hati. Sesorang yang sadar akan suasana hati sendiri menjadi mandiri dan percaya akan batas batas yang akan dibentuk, kesehatan mental yang baik, dan sering memandang positif pada kehidupan (Hamizar, 2016).
2. Mengelola Emosi
Seseorang mengelola emosi berarti memiliki kemampuan dalam mengatasi emosinya dengan baik dan positif mempengharui setiap orang itu melaksanakan tugas, sadar akan kata hati sehingga sampai pada tujuan. Kemampuan ini bagian dari mampu menghibur diri, menghilangkan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan segala akibat yang terjadi serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan yang menekan.
3. Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan kebutuhan manusia dan dorongan untuk bergerak menuju apa yang ingin dicapai dan membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Untuk mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan, kita harus memiliki motivasi dalam diri kita tidak hanya bergantung dari luar diri saja, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, Orang yang pandai dalam memotivasi diri, mereka cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Kita sebagai manusia pasti merasakan dua arah emosi yang berbeda, ketika kita mengalami emosi bahagia, cinta, senang tentu mengubah suasana hati dan perilaku kita jadi semangat, rileks sedangkan emosi negatif seperti sedih, amarah, jenglek membawa suasana hati yang suram, hampa toh.. untuk itu penting menjaga suhu emosi diri kita tetap positif. Namun bukan berarti saya mengatakan bahwa emosi negatif (baca : amarah, kesedihan, rasa takut, malu, jengkel) perlu kita hilangkan atau basmi sampai ke akar akarnya , bukan seperti itu, lantas karena dari emosi positif dan negatif membuat kita dapat menikmati kehidupan di dunia ini. seorang penulis bersahaja Gede Prama dalam bukunya berjudul “Shimpony dalam Diri” menyampaikan bahwa jarang kebahagian membawa kita pada makna lebih dalam” contohnya saja ketika kita gagal, menderita malah membawa kita pada Sang Pencipta, membawa kita makna lebih mandalam dan membawa kita untuk bangkit” yang terpenting itu mengontrolan emosi. Kita yang mengendalikan emosi bukan emosi yang mengendalikan kita.
Dengan judul ini “Pintar Aja Gak Cukup, Penentu kesuksesan : IQ 20%, EI 80%”, yang berisikan pengetahuan dasar tentang emosi, kecerdasaan emosi, hal ini didukung oleh Daniel Goleman, seorang profesor dari Universitas Harvard membuktikan dari beberapa hasil penelitian bahwa kecerdasan umum hanya menjamin kesuksesan hidup sebesar 20% saja, sedangkan selebihnya sebanyak 80% adalah kecerdasan emosional. Senada dengan Hamizar (2016) mengemukakan Kecerdasaan IQ yang dimiliki seorang anak belum tentu menjamin kesuksesan di masa depan, karena jika kecerdasan IQ tidak di ikut sertakan dengan kecerdasaan emosi yang baik sulit menghasilkan seorang anak yang sukses. Begitu juga di dunia kerja bisa kita perhatikan, seorang Manager SDM mengatakan bahwa lebih baik memilih seorang pelamar yang kecerdasaan standar namun memiliki etika yang bagus daripada seorang pelamar yang memiliki IQ di atas rata-rata tapi tidak memiliki moral. Nah terlihat jelaskan bahwa pintar saja tidak cukup, lebih penting kecerdasan emosional daripada kecerdasan IQ.
Baca Juga : Kekerasan Verbal pada Anak Membunuh Mental, Ibu Selalu Mengatakan Kepadaku "Kamu Bodoh" !!!
Bagi orang tua sebagai pendidik anak-anak dan pendidik di sekolah penting untuk lebih memperhatikan perkembangan kecerdasaan emosional sehingga menghasilkan generasi yang sukses. Bagi kamu remaja, berumur dewasa namun belum memiliki kecerdasan emosional tidak ada kata terlambat untuk belajar mematangkan emosi atau memiliki kecerdasaan ini, selama kita hidup di dunia kita akan terus belajar dan belajar menjadi peribadi yang utuh. Ingin sukses maka penting memiliki kecerdasan emosional. Sekian essay psikologi ini, semoga bermanfaat
Temukan lebih banyak Artikel Psikologi, Essay Psikologi : KLIK DISINI !!!
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, Daniel. 2006. Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
---------------------- 1995. Emotional Intelligence.New York: Bantam
Manizar, Ely. 2016. Mengelola Kecerdasan Emosi. Tadrib, Vol II (2)
---------------------- 1995. Emotional Intelligence.New York: Bantam
Manizar, Ely. 2016. Mengelola Kecerdasan Emosi. Tadrib, Vol II (2)
Comments